Semua Tentang Ikan Cupang


Tren ikan Cupang hias belakangan semakin meningkat saja terlebih-lebih banyak varian-varian baru.Demam memelihara ikan cupang hias tidak hanya terbatas di kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, tetapi sudah melanda Malang, Jambi, Pekan Baru, Padang dan tak terkecuali kota kecil di kaki lereng Semeru yakni Kota Lumajang. Dipacu oleh seringnya digelar kontes-kontes untuk memperlombakan keelokan jenis ikan hias asli Indonesia tersebut, dan semakin banyaknya dibentuk perkumpulan penggemar ikan cupang hias di tiap kota. Sampai saat ini dikenal beberapa organisasi yang mewadahi penggemar-penggemar atau pemelihara ikan cupang seperti PCHS (Pecinta Cupang Hias Surabaya), BSCM (Betta Spender Club Malang), BSCS (Betta Splender Club Semarang), ACHI (Asosiasi Cupang Hias Indonesia) dll.

Keelokan dan kelangkaan cupang hias diukur dari kombinasi corak warna dan bentuk tubuh, sirip serta ekor. Harga seekor cupang hias ditentukan oleh kelangkaan warna, semakin langka akan semakin mahal. Ini menjadi daya tarik penangkar-penangkar cupang hias untuk bekerja menghasilkan jenis-jenis baru dengan corak warna yang spektakuler. Jika 10 tahun lalu hanya dikenal cupang slayer, maka kini sudah banyak bermunculan jenis-jenis baru yang dinamai half moon, serit, dan crowntail. Apabila cupang biasa dihargai Rp 1.000 – 50.000 per ekor, maka cupang langka (betta spenders) bisa berharga jutaan rupiah. Bahkan untuk pasaran luar negeri (yang dijual sebagai mass commodity / ekspor massal) rata-rata terjual US$ 50 per ekor. Negara pengimpor utama untuk betta spenders antara lain AS, Hong Kong, Taiwan, Jepang, Brazil dan Singapura. Itupun baru 60 % dari permintaan luar negeri yang baru terpenuhi.

Kriteria Penilaian Cupang Hias
Dasar penilaian cupang hias adalah terletak pada dua faktor penting yaitu bentuk tubuh dan warna tubuh. Faktor bentuk tubuh yang menjadi tolok perhatian adalah serit dan ekor. Serit cupang bentuk baru yang dikatakan langka adalah berserit delapan dan silang. Ekor langka adalah ekor bentuk bulan. Warna langka dalam arti belum banyak terdapat di pasaran antara lain warna putih solid, kuning solid, coklat burgundi, keunguan dan tricolor. Biasanya dalam tiap kontes cupang hias yang diperlombakan di kelompokkan ke dalam jenis senior (ukuran tubuh 7,5 cm ke atas) untuk warna dasar, kombinasi dan warna maskot; jenis medium (ukuran tubuh 5,5 cm – 7,5 cm) untuk warna dasar, kombinasi dan warna maskot; ukuran small; dan unik. Cupang yang baik memiliki ekor lebar dan serit tebal. Ukuran ekor harus sama dengan serit dan berbentuk 180 o. Letak ekor seimbang dalam arti di tengah-tengah dan tidak menjorok ke atas. Ikan yang baik tidak berwarna transparan di bagian ekor dan memiliki erit di bagian siripnya. Keserasian warna biasanya dinilai 30 poin, keindahan berilai 20 poin, kerapihan dinilai 20 poin, kesehatan & mental bernilai 20 poin dan ukuran tubuh cupang 10 poin.

Sistematika dan Biologi Cupang
Cupang merupakan ikan asli Indonesia yang diketahui berasal dari Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Talking Gourami atau Croaking Gourami. Termasuk famili Anabantidae, genus Trichosis, spesies Trichopsis vittatus. Bentuk tubuh sangat langsing dan pipih ke samping. Corak warna sangat bervariasi, tetapi warna dasar tubuh kuning hingga sawo matang dengan punggung berwarna lebih gelap dan bagian perut berwarna lebih muda (kuning sampai putih). Pada sisi badan terdapat garis horizontal berwarna lebih gelap sepanjang dari mata hingga ekor. Sirip anal, punggung dan ekor tumbuh sempurna memanjang dengan jari-jari sirip yang tumbuh menonjol. Panjang tubuh mencapai sekitar 6,5 – 7,5 cm.

Pemijahan dan Pembesaran Benih Cupang
Cupang jantan dan betina dapat dibedakan dari sirip-sirip dan warna badan. Cupang jantan memiliki jari-jari sirip anal, punggung dan ekor yang tumbuh sempurna sedikit lebih panjang dibandingkan selaput yang menutupinya, sedangkan cupang betina tidak memiliki penonjolan dari jari-jari siripnya. Cupang jantan dewasa kelamin memiliki lebih banyak bintik-bintik hitam di punggung dibandingkan biasanya dibandingkan cupang betina yang tidak memilikinya. Ikan yang dipilih sebagai indukan berumur 6 – 7 bulan. Cupang dengan ukuran panjang tubuh 5 cm sudah siap untuk dipijahkan. Mengingat perkawinan cupang bersifat monogami, maka rasio kelamin antara jantan dan betina harus seimbang. Tempat pemijahan menggunakann akuarium kecil (20 x 40 cm, tinggi 20 cm), baskom, atau toples yang sudah direndam dengan larutan PK untuk menghindari jamur dan bibit penyakit. Sebagai media pijah (substrat) digunakan tanaman air atau serabut rafia untuk tempat pelatakan busa.

Untuk tanaman aponogeton sebaiknya diberi pecahan genteng untuk mencegah tumbang, eceng gondok bisa diletakkan begitu saja. Cupang dikenal sebagai ikan penyusun sarang busa sebelum melakukan pemijahan. Suhu air ideal adalah 25 oC dalam kisaran 21 oC – 31 oC. Kedalaman air 10 – 15 cm supaya air di dasar tidak terlalu dingin. Setelah penyusunan busa selesai, cupang betina akan meletakkan telur pada busa dan cupang jantan menyemprotkan sperma ke kumpulan telur untuk pembuahan. Telur-telur fertil akan menetas dalam 24 jam pada suhu 24 oC.

Pembesaran
Benih sampai umur 2 – 3 hari tidak pelu diberi makan karena adanya cadangan kuning telur dalam tubuh. Hari ke-4 mulai diberikan plankton hasil pemupukan. Hari ke-7 sudah bisa diberikan kutu air, cacing sutera atau jentik nyamuk. Hari ke-10 anak cacing dipindahkan ke kolam pembesaran, dan diberi makanan cacing Tubifex sp atau Chironomus sp. Cupang jantan mempunyai bentuk dan warna tubuh yang lebih menarik ketimbang cupang betina, sehingga akan lebih menguntungkan untuk menghasilkan lebih banyak cupang jantan. Dalam masa degenerasi kelamin (telur ikan fase bintik mata yaitu 30 jam setelah pemijahan) diberikan hormon androgen (dilarutkan dalam larutan hormon 17 alpha metiltestosteron 20 mg/liter selama 8 jam). Ikan cupang mempunyai kebiasaan bertarung, biaanya mendekati umur 1 bulan naluri bertarung mulai muncul. mengingat aktivitas bertarung dapat melukai tubuh dan mengurangi keelokan maka penting untuk menghalangi munculnya sifat merugikan tersebut.

Penangkar biasanya tidak mengganti air mulai dari bertelur sampai umur 1 bulan (karena air bersih merangsang aktivitas hormonal cupang yang mengarah kepada agresivitas) dan menggunakan tanaman air hidrilla untuk menghindarkan pertemuan langsung antar cupang yang bisa menyebabkan pertarungan.

Disadur dari: http://suharjawanasuria.tripod.com

Add Comments


EmoticonEmoticon