Antara Cupang Hias dan Adu - Info Seputar Cupang

Pusat Informasi Ikan Cupang

Latest Update
Fetching data...

Monday, April 30, 2018

Antara Cupang Hias dan Adu

Banyak masyarakat sudah mengenal ikan cupang. Namun, banyak di antaranya yang tidak mengetahui hal-hal yang menyangkut ikan ini. Umumnya masyarakat hanya berpendapat bahwa cupang merupakan jenis ikan hias yang dapat diadu. Apakah benar semua jenis cupang dapit diadui ?
Memang orang awam mengenal cupang sebagai ikan legendaris. Padahal di kalangan ilmuwan, antara cupang hias dan cupang adu merupakan dua jenis ikan yang berbeda walaupun masih satu famili yaitu Arabartidae. Literatur yang mengulas ikan hias, baik dari dalam maupun luar negeri, menyebutkan bahwa cupang hias merupakan anggota dari marga Trichopiis. Orang banyak sering menamai dan ini dengan sebutan talkine gouvami atau doaking gourami. Sifatnya tenang dan tidak pernah mau diadu. Sejak tahun 60-an, cupang ini hanya di kenal sebagai ikan hias biasa, tidak berbeda dengan platy (Xiphop hones helleri), guppy (Poecilia reticulata), black molly (Poecilia lati pinna), atau maskoki (Carassius auratus).


Cupang hias di kala itu merupakan hasil tangkapan alam, belum ada yang membudidayakannya. Jenis-jenis cupang hias yang dikenal sejak dahulu antara lain cupang sirip merah (Trichopsis schallero), cupang sirip biru dan cupang sirip hijau bening. Sepuluh tahun sejak orang mengenal cupang hias, yaitu tahun 70-an, importir ikan hias memasukkan jenis cupang lain ke Indonesia. Jenis cupang ini ada yang bersirip panjang dan ada yang pendek. Cupang bersirip panjang yang dinamakan slayer hanya dijadikan ikan hias di akuarium, seperti cupang hasil tangkapan.

Sementara cupang bersirip pendek merupakan ikan laga yang juga dikenal dengan nama dagang cupang adu bangkok. Ikan dari marga Betta ini sangat agresif dan suka berkelahi dengan sesamanya. Dengan sifatnya yang suka berkelahi maka ikan ini menjadi populer dengan nama fuehring fish. Hanya dalam waktu singkat sejak diperkenalkan di Indonesia sekitar tahun 70an, cupang adu bang kok ini digemari orang.

Walaupun harganya saat itu tergolong relatif mahal (Rp. 250,000 ekor), tetap saja ikan ini dicari. Sedangkan, sepasang black molly saat itu hanya ditawarkan dengan harga Rp. 25,000. Harga yang tinggi tersebut bagaikan magnit bagi penangkar ikan hias. Mereka berlomba-lomba menangkarkan cupang adu bangkok ini untuk meraup keuntungan.
Pada era tahun 80-an, kembali importir memasukkan cupang hias dan cupang adu. Cupang adu introduksi baru ini ternyata lebih jagoan dibanding cupang adu bangkok, Jagoan baru ini didatangkan dari Singapura sehingga dikenal dengan sebutan cupang adu Singapura. Ada dua jenis cupang adu singapura yang didatangkan ke Indonesia saat itu, yaitu cupang adu “berdas" (sirip anal) merah dan "berdasi" tam. Cupang yang bersirip anal merah disebut cupang adu singapura biasa, sedangkan yang hitam disebut cupang adu singapura belgi

Era tahun 80-an itu pun di Jakarta dikenal jenis cupang lain yang warna tubuh dan siripnya merah. Ikan ini didatangkan ke Jakarta dari daerah Sumatera bagian timur sehingga disebut cupang bagan api. Namun, keganasan cupang bagan api saat berkelahi tidak sehebat cupang adu singapura. Akibatnya, lambat laun cupang bagan api dilupakan orang.

Di kalangan penggemar cupang, ada yang berpendapat bahwa cupang adu singapura, cupang adu bangkok (siamesse fighting fish), dan cupang bagan api merupakan satu spesies. Padahal sebenarnya ikan ikan cupang adu tersebut berbeda spesies. Nama ilmiah cupang adu singapura biasa adalah Betta imbella, cupang adu belgi singapura Betta smaragdama, cupang adu bagan api Betta coccina, dan cupang adu bangkok Betta splendens. Nah jadi cukup jelas bahwa mereka berbeda sekali.

Hingga pertengahan tahun 90-an, cupang adu singapura merajai arena pertarungan ikan cupang. Akibatnya, harga cupang ini pun melambung tinggi. Penangkar yang awalnya menangkarkan adu bangkok segera beralih ke bisnis penangkaran cupang cupang adu singapura. Hanya saja, penangkar ini banyak menemui kesulitan, terutama dengan pengadaan induk dari spesies aslinya. Akhirnya penangkar tetap menggunakan induk betina cupang adu bangkok dalam upayanya memperoleh benih cupang, ltulah sebab nya hingga saat ini banyak dijumpai varietas varietas baru dari cupang adu sebagai akibat dari perkawinan silang antarspesies.


EmoticonEmoticon